Flash News: Registrasi peserta baru sudah bisa dilakukan di menu Free Membership | Mari berlatih bersama Perisai Diri | "Pandai Silat Tanpa Cidera", Lestarikan Budaya Bangsa.

Awal Menuju Petarung Handal





Baju kebesaran Perisai Diri biasanya kami kenakan sebagai identitas perguruan pada saat latihan. Akan tetapi, suatu kehormatan terjadi pada tanggal 4 November 2015, kami mengenakan baju yang sama dalam acara yang sama sekali belum pernah kami ikuti sebelumnya, yaitu Fight antar anggota Perisai Diri tingkat Perguruan Tinggi. Fight ini merupakan bagian dari Pertandingan tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia XXV untuk memperebutkan piala bergilir Presiden RI. Banyak sekali pelajaran penting yang telah kami peroleh selama fight. Pertama, memprediksi serangan lawan sangatlah sulit. Pengalaman kedua, terkait dengan tempat bertanding yaitu lapangan yang ternyata sangat menyeramkan. Dan ketiga, sisi lain dari fighter yakni sisi penonton, dapat diakui bahwa menonton sangatlah menarik. Hal-hal menarik inilah yang akan tetap kami bawa sebagai pengalaman awal bagi Perisai Diri PKN STAN untuk menghasilkan bibit-bibit petarung handal di masa depan.

Kita mulai deri pengalaman pertama, yaitu kesulitan dalam memprediksi serangan lawan. Serangan lawan sangatlah beragam. Perlu pengalaman fight yang cukup agar mata kita dapat melihat dengan cepat, memproses ke dalam otak, dan melakukan bela diri ataupun sekadar hindar secara benar. Serangan lawan tidaklah semudah seperti yang diajarkan oleh pelatih, karena pelatih hanya akan memberikan teknik bela diri tertentu per jenis serangan yang masuk. Murid telah diberikan aba-aba, serangan apa yang akan dilontarkan ke kita, dan kita dianjurkan melawan dengan gerakan yang menang sudah dirancang sedemikian rupa. Inipun masih banyak yang belum bisa dipahami dengan baik. Oleh karena itu, faktor pengalaman bertanding pada ajang-ajang kejuaraan sangatlah penting agar petarung dapat melakukan perlawanan yang berarti. Waktu antara kita melihat serangan (ingat, serangan bukan serangan tipuan), hingga kita membalas, tidak boleh melebihi, bahkan sama sekalipun dengan waktu serangan yang masuk. Apabila kita kembali kepada konsep awal, Perisai Diri memang sangat menuntut kecepatan gerak, seperti yang diajarkan oleh pendirinya: "1 detik 2 gerak". Dengan menambah jumlah latihan fight, kita dapat melawan cepat sehingga tidak perlu memprediksi serangan lagi, tetapi justru hal yang lebih penting adalah membalas serangan dengan cepat.

Pengalaman menarik berikutnya, di samping masalah serangan adalah masalah seramnya lapangan. Mengapa dikatakan seram? Sebagai petarung yang belum pernah fight, dipastikan akan mengalami hal ini. Bayankan saja, banyak sekali "orang pintar silat" yang memelototi gerakan kita satu persatu. Ada juri sisi yang berjumlah ganjil, ada wasit, ada juri yang memegang microphone, ada juri-juri lainnya yang kami tidak tahu secara pasti kedudukannya. Apa yang akan mereka pikirkan ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa di lapangan pertandingan? Jadi bukan hanya seram, tetapi juga memalukan. Keseraman kedua adalah adanya kemungkinan kecelakaan yang dapat menyebabkan cidera berarti. Meskipun Perisai Diri memiliki semboyan "Pandai silat tanpa cidera", realitas menunjukkan bahwa para petarung tidak dapat mengendalikan dampak serangannya. Peraturan telah dibuat agar bagian-bagian tubuh yang berbahaya tidak dijadikan target serangan. Akan tetapi, tanpa adanya maksud penyerang untuk menyerang target yang dilarang, serangan tetap dapat mengenai target karena adanya gerakan lawan yang tak terduga, misalnya penyerang akan menendang T dengan sasaran dada, tetapi kemudian kepala lawan tiba-tiba turun sehingga tendangan T mengenai kepala. Tentu hal ini akan berakibat fatal dan menambah seramnya pertandingan apabila keluar darah.

Setelah berbicara mengenai pengalaman terkait dengan petarung dan lapangan, sisi penonton juga menarik untuk disampaikan. Jangan jauh-jauh, lihat saja para penonton sepak bola. Apa yang ia rasakan? Pertama, dia akan mangkel, jengkel, dan frustrasi apabila tim yang ia dukung kalah dan tidak memiliki performa yang bagus. Parahnya, penonton tertentu justru mengumpat dan berandai-andai dia dapat melakukan teknik yang jauh lebih baik daripada pemain yang ada. Kedua, dia akan merasa bangga dan senang ketika tim yang ia dukung menang dan memiliki performa yang bagus. Demikian juga dalam fight Perisai Diri, penonton akan merasakan hal yang tidak berbeda jauh dengan penonton sepak bola. Akan tetapi, yang tidak kalah menariknya adalah kita dapat berkesempatan mengabadikan momen pertandingan. Pertandingan dilakukan di gedung Balairung Universitas PGRI Semarang. Lapangan berada di bagian bawab, terdiri atas 3 gelanggang, tetapi yang dipakai hanya 2 gelanggang. Gelanggang tengah sengaja dikosongkan. Sementara itu, penonton selain peserta, manajer, dan official, hanya dapat menonton dari tribun. Kami berkesempatan mengabadikan momen pertandingan melalui area gelanggang (dari jarak yang lumayan dekat) meskipun hanya menggunakan kamera telepon seluler. Makna dari pengabadian momen ini adalah sebagai refleksi bagi petarung mengenai kesalahan gerakan yang telah ia lakukan. Masukan dari penonton yang teliti bagaikan akademisi dan pengabadian momen inilah, diharapkan dapat menjadi bahan telaah bagi kita semua, terutama petarung.

Dengan ketiga hal menarik ini, kami berharap bahwa kami dapat bercerita tentang bagaimana cara mengawali sebuah kesempatan bagi Perisai Diri PKN STAN untuk menjadi petarung handal di masa depan. Pengalaman fight ini mendorong kita menambah jumlah latihan fight agar dapat melawan cepat sehingga tidak perlu memprediksi serangan lagi, tetapi justru yang penting adalah membalas serangan dengan cepat. Mengenai lapangan yang seram, dapat diatasi ketika kita sudah semakin mantap dalam berlatih fight maupun mengikuti fight sebenarnya. Dan yang terakhir, petarung perlu mempertimbangkan masukan dari penonton yang teliti meskipun ia cerewet bagaikan akademisi yang bicaranya selalu di atas awan. Sebuah harapan besar, kegiatan fight yang pertama kali kita lakukan ini tidak hanya membawa kegagalan, tetapi di balik kegagalan ini terdapat potensi sebagai Awal Menuju Petarung Handal, yang handal dalam akademis maupun handal jiwa raga.

Berikut adalah video yang telah sempat kami rekam.
 

Google Plus

0 comments:

Post a Comment