SEJARAH SILAT PERISAI DIRI
Pak Dirdjo (panggilan akrab R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di
Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam.
Beliau adalah putra pertama dari R.M. Pakoe Soedirdjo, buyut dari Paku
Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak
silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk
melatih teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping
pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku Alam sehingga
berteman dengan Wasi dan Bagong Kussudiardja.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman
atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu
silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu.
Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands
Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, beliau
meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan
berjalan kaki.
Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana
beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama
dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping
belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai
keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan
dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar
silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki
Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan
berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito
dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan
di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada
ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa
yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah
singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu
silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari
berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan
silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang
dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah
guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang
dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan
baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk
mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak
Dirdjo lalu menetap di Parakan dan membuka perguruan silat dengan nama
Eka Kalbu, yang berarti satu hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar
Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie
San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie
melalui Hoo Tik Tjay alias Suthur. Menurut catatan sejarah, Louw Djing
Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik
di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa
beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw
Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini
murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia meneruskan perguruan
kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku
bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem
(Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai
murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan
dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak
hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai
akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San.
Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya
ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R.
Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima
(Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau
dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap
Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih pakdenya, meminta Pak
Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan.
Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo
mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai
Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat,
yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya
untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat
melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan
Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah
Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal
berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di
kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir.
Dalmono, Prof. Dr. Suyono Hadi dan R.M. Bambang Moediono Probokusumo
yang di lingkungan keluarga silat Perisai Diri akrab dipanggil Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang
berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah
HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir.
Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang
sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai
budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan
di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh
Imam Ramelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2
Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan
himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid
perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih
berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas,
Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak
berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke silat Perisai Diri, sama
seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan
ini menjadi mudah.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem
Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada
unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat
dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera",
silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk
dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, murid Pak Dirdjo, Dr. Suparjono, S.H., M.Si., menjadi
staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari
AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono
bersama Bambang Moediono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan
anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai
Diri dan nama lengkap organisasi silat Perisai Diri disetujui menjadi
Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas
Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam
silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam
dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa
kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Kelatnas
Indonesia Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan beberapa murid Pak
Dirdjo, yaitu usulan gambar dari Suparjono, Both Sudargo dan Bambang
Priyokuncoro, yang kemudian usulan dari Suparjono yang terpilih,
kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.
Pada tahun 1982, Pak Dirdjo mengangkat 23 orang muridnya menjadi
Pendekar. Para Pendekar yang diangkat langsung oleh Pak Dirdjo ini
disebut Pendekar Historis. Pendekar Historis yang berjumlah 23 orang
tersebut adalah :
- Mat Kusen, dari Surabaya.
- Dr. Suparjono, S.H., M.Si., dari Surabaya.
- Drs. Noerhasdijanto, S.H., dari Surabaya.
- Hari Soejanto, dari Surabaya.
- F.X. Supi'i, dari Surabaya.
- Ir. Nanang Soemindarto, dari Surabaya.
- Prof. Dr. dr. Hari K. Lasmono, M.S., dari Surabaya.
- Drs. Siaman, dari Surabaya.
- Prof. Dr. M. Hidajat, Sp.O.T., dari Surabaya.
- Drs. I Made Suwetja, M.B.A., dari Denpasar.
- Arnowo Adji, dari Tangerang.
- Yahya Buari, dari Lamongan.
- Bambang Soekotjo Maxnoll, dari Cimahi.
- Tonny S. Kohartono, dari Surabaya.
- Mondo Satrio Hadi Prakoso, dari Surabaya.
- Koesnadi, dari Surabaya.
- Letkol Soegiarto Mertoprawiro, dari Serang.
- Totok Soemantoro, B.Sc., dari Klaten.
- Moeljono, dari Nganjuk.
- Wardjiono, dari Jakarta.
- Gunawan Parikesit, dari Semarang.
- I Gusti Ngurah Dilla, dari Surabaya.
- Ruddy J. Kapojos, dari Surabaya.
Tanggal 9 Mei 1983, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap
Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan
silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah
menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa,
Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Dr. Ir. Dwi Soetjipto,
M.M., sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia
Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia
serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya,
pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar
Pendekar Purna Utama bagi R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Di Australia, Kelatnas Indonesia Perisai Diri mulai dikembangkan di
Brisbane pada tahun 1979 oleh Dadan Muharam, seorang pelatih silat
Perisai Diri dari Bandung. Kelatnas Indonesia Perisai Diri berkembang
pesat di Australia dengan cabang di berbagai daerah, di antaranya yaitu
di Tarragindi, Kuraby, Logan, Ashmore, Burleigh Heads, Springbrook,
Maleny, Nambour, Noosaville, Yandina, Gympie, Townsville, Coffs Harbour,
Newcastle, Moruya Heads, Melbourne, Adelaide, Perth, dsb.
Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dikembangkan di Belanda oleh Ronny
Tjong A-Hung sejak tahun 1979. Saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri
di Belanda telah berkembang dengan tempat latihan di Amsterdam,
Hilversum, Maarssen, Nieuwegein, Utrecht, dsb.
Pada tahun 1983, salah satu pelatih silat Perisai Diri yaitu Otto
Soeharjono M.S. pindah tugas ke London, Inggris. Beliau mendirikan
Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Inggris Raya dan menjadi
pelopor PSF UK (Pencak Silat Federation of United Kingdom).
Both Sudargo, salah satu pendekar silat Perisai Diri yang pernah
menjabat sebagai Pengurus Bidang Pembinaan Pencak Silat Olahraga PB
IPSI, pada tahun 1996 ditugaskan oleh pemerintah sebagai Atase
Perhubungan di Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang. Di negeri yang
dikenal sebagai pusat beladiri dunia ini, beliau berhasil mengembangkan
pencak silat dengan mendirikan JAPSA (Japan Pencak Silat Association).
Dengan dibantu oleh Soesilo Soedarmadji, beliau mengembangkan Kelatnas
Indonesia Perisai Diri Komisariat Jepang.
Selain itu Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga berkembang hingga ke
Jerman, Swiss, Timor Leste, Perancis, Amerika Serikat, Swedia, dsb.
Kelatnas Indonesia Perisai Diri telah beberapa kali menggelar even
kejuaraan internasional yang dikenal dengan nama Perisai Diri
International Championship (PDIC), yaitu :
- Invitasi Internasional Perisai Diri I di Semarang tahun 1991
- Invitasi Internasional Perisai Diri II di Surabaya tahun 1995
- 3rd Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2003
- 4th Perisai Diri International Championship di Yogyakarta tahun 2005
- 5th Perisai Diri International Championship di Bandung tahun 2007
- 6th Perisai Diri International Championship di Jakarta tahun 2010
- 7th Perisai Diri International Championship di Samarinda tahun 2012
- 8th Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2014
Even kejuaraan ini diagendakan setiap dua tahun sekali.
MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN SILAT PERISAI DIRI
Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang
masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar,
tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat
Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
Tahapan pelajaran silat Perisai Diri terdiri dari pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan.
No | Nama Tingkatan | Lama Pendidikan | Badge / Sabuk | |
DASAR | ||||
1 | Dasar I | 6 bulan | Sabuk Putih | |
2 | Dasar II | 6 bulan | Sabuk Hitam | |
3 | Calon Keluarga | 6 bulan | Sabuk Merah | |
KELUARGA | ||||
4 | Tingkat I | Putih | 6 bulan | Sabuk Merah |
5 | Putih Hijau | 6 bulan | Sabuk Merah | |
6 | Tingkat II | Hijau | 6 bulan | Sabuk Merah |
7 | Hijau Biru | 1 tahun | Sabuk Merah | |
8 | Tingkat III (Asisten Pelatih) | Biru | 2 tahun | Sabuk Merah |
9 | Biru Merah | 2 tahun | Sabuk Merah | |
10 | Tingkat IV (Pelatih) | Merah | 3 tahun | Sabuk Merah |
11 | Merah Kuning | 3 tahun | Sabuk Merah | |
12 | Tingkat V (Pendekar Muda) | Kuning | 3 tahun | Sabuk Merah |
13 | Pendekar | Kuning Emas | - | Sabuk Merah |
Senam Kombinasi
Senam Kombinasi merupakan rangkaian gerak silat Perisai Diri yang
dilatihkan kepada pesilat sebagai bahan pemanasan sebelum masuk ke sesi
latihan inti. Sekilas seperti rangkaian jurus di perguruan pencak silat
pada umumnya, namun Senam Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu
dihafalkan sebagaimana jurus di perguruan pencak silat pada umumnya.
Rangkaian gerak Senam Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada
saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini disusun oleh pelatih
dengan pedoman teknik seolah-olah pesilat melakukan Serang Hindar dengan
lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan
tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan dari latihan Senam Kombinasi ini adalah untuk menciptakan
kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang
baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot
para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam
Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan
kosong ataupun menggunakan senjata.
Teknik Senjata
Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong.
Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan
senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya
mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu
mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan
senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang
samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet,
dsb.
Teknik permainan senjata pisau mulai diajarkan kepada pesilat yang telah
menduduki tingkat Putih. Namun di tingkat Calon Keluarga, pesilat sudah
diperkenalkan dengan pelajaran dasar teknik senjata pisau. Sedangkan
teknik permainan senjata pedang mulai diajarkan kepada pesilat tingkat
Hijau, tetapi pelajaran dasar teknik senjata pedang sudah mulai
diperkenalkan kepada pesilat di tingkat Putih. Teknik permainan senjata
wajib yang terakhir yaitu toya, mulai diajarkan kepada pesilat tingkat
Biru Merah. Tetapi mulai tingkat Putih Hijau pesilat sudah diperkenalkan
dengan pelajaran dasar teknik senjata toya.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat
tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata,
maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai
contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan
dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat
mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau
bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula,
seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam
senjata bila memang keadaan sudah mendesak.
Serang Hindar
Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar.
Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang
paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun
berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena
setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan
hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan
motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu
sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan.
Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B.
Pelatih memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B
dengan satu gerakan, sementara B menunggu serangan itu dekat dan
kemudian bergerak menghindar. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 5
kali untuk A menyerang dan B harus menghindar saat serangan A sudah
dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 5 aba-aba kedua.
Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang
dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah
diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua
pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan
hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode selanjutnya adalah Serang Hindar Balas. Pada metode Serang
Hindar Balas, dalam satu aba-aba, A melakukan serangan dan B
menghindar, kemudian B membalas menyerang dan A menghindar. Satu set A
serang B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode
Serang Hindar Balas. Pada 5 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan
menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran
sempurna, kemudian pada 5 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu
B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Hindar Balas ini adalah untuk melatih
pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang
sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan
serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi
lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus
meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan
berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri.
Beladiri adalah dimana saat A menyerang, B menghindar sambil melepaskan
serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi
perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan
hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan
dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah
depan, ketika pukulan tersebut dekat maka B bergerak menghindar ke
samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini,
maka B melakukan Beladiri.
Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada
pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi
sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong
ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.
Teknik Asli
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari
berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai
dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat
Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang
dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan maupun implementasinya sudah
dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan
ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan
silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan
merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
1. Burung Meliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Harimau
5. Naga
6. Satria
7. Pendeta
8. Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi
kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan,
Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa
daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran,
Cimande, Bawean dan Betawen.
Teknik Minangkabau
Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari
Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik
ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini
juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada
pada posisi yang merendah ke tanah. Rangkaian teknik Minangkabau
diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Calon Keluarga.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan
membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini
adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu.
Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan
bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut
dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu
bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini
adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri
menapak dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat
dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Rangkaian teknik Meliwis diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat
Putih.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena
itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti
mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan
cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama,
sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya
untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga
menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara
mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat tingkat Putih Hijau akan
menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih
Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan
untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah,
tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu
tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan
dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan
sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola
serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada
umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian
rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai
target.
Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh
karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda
memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Rangkaian teknik Garuda
diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Hijau.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau
menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang
dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan
Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam
menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya
selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya,
Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan
sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek
kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian
tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis
mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian
lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan
jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki
untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih
besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan
fleksibilitas gerakan. Rangkaian teknik Harimau diajarkan kepada pesilat
yang menduduki tingkat Hijau Biru.
Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding
Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk
meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun
tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda
agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari
lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan.
Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti
dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk
menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak
tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan
menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya.
Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka,
telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat
Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan
terakhir di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada
cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk
menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang.
Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya
karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan
perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah
menduduki tingkat Biru. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran
pernafasan tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena
itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena pesilat tingkat Biru
mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan
tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran
serangan apabila daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat Biru Merah pesilat akan
mulai mempelajari teknik manusia. Teknik manusia yang pertama dipelajari
adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu
menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan
sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan
karakter kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan
berpikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh
percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga
menerima pelajaran pernafasan tahap 2 yang difokuskan untuk meledakkan
tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap pernafasan tersebut, sifat
teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan
datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan
lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak
melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan
Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu
memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun
terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan
kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan
persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari
Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun
teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan. Rangkaian
teknik Pendeta diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Merah.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.
Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan. Perlengkapan yang
digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan,
kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran
serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian
persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Rangkaian
teknik Putri diajarkan kepada pesilat mulai tingkat Merah Kuning.
Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun
tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut
kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada
teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak
yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat
kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak
bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar
saat terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik
itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik
inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga
tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Perputaran badan selalu
diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan pernafasan tahap 3 yang
selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya
sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi terhadap
serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih
dahulu.
Teknik Olah Pernafasan
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Biru, ia akan mulai menerima
pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran
maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi
menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan
belajar teknik pernafasan untuk meningkatkan tenaga dan membuat
otot-ototnya menjadi keras. Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan
latihan pernafasan tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke
latihan pernafasan tahap 2. Pada tahap 2 ini akan difokuskan untuk
meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil
latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk
teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah pernafasan
tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam
seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat
akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika
menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara
implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh
karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang
dituntun langsung oleh seorang Pendekar.
Kerokhanian
Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari teknik
silat dan teknik olah pernafasan sangat perlu diberikan pendidikan
mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam
silat Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan kerokhanian.
Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap untuk memberi
pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya,
sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi
luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut,
serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara
pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Kelatnas
Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap
saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
0 comments:
Post a Comment